Palu- Ikatan Pemuda Banggai Kepulauan (IPBK) Palu–Sulawesi Tengah menggelar kegiatan Seminar dan Diskusi Publik bertajuk “Menyikapi Dampak Positif & Negatif Tambang di Sulawesi Tengah”, yang berlangsung di Jazz Hotel Palu. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak dari unsur pemerintah, akademisi, lembaga hak asasi manusia, dan aktivis lingkungan.
Hadir sebagai narasumber, Direktur Walhi Sulawesi Tengah, Sunardi Katili, SH, Akademisi Universitas Tadulako, Dr. Ir. Nur Sangadji, DEA, Kepala Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Tengah yang diwakili oleh Kabid Minerba, Sultanisah, S.P., M.Si, serta Ketua Komnas HAM Perwakilan Sulteng yang diwakili oleh Penyuluh Sosial HAM, Luky Hermansyah.
Dalam sambutannya, Ketua Umum IPBK Palu-Sulteng, Nasrun, menyampaikan bahwa kegiatan ini lahir dari rasa keprihatinan mendalam atas dinamika pertambangan yang semakin pesat di Sulawesi Tengah. Ia menegaskan bahwa forum tersebut bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan ruang nurani dan tanggung jawab moral bagi semua pihak yang peduli terhadap masa depan daerah.
_“Hari ini bukan sekadar pertemuan biasa. Ini adalah ruang nurani, tempat kita menatap wajah pembangunan yang di satu sisi membawa harapan, namun di sisi lain menyimpan luka,”_ ungkap Nasrun dalam sambutannya.
Ia menjelaskan bahwa sektor tambang memang menjadi denyut ekonomi baru di Sulawesi Tengah, mulai dari Morowali, Banggai hingga Parigi Moutong. Namun di balik angka-angka ekonomi tersebut, terdapat kisah masyarakat yang kehilangan ruang hidup, lingkungan yang rusak, dan keadilan yang tertinggal.
_“Kami dari IPBK meyakini bahwa pembangunan seharusnya tidak hanya diukur dari seberapa besar keuntungan yang dihasilkan, tetapi dari seberapa adil manfaatnya dirasakan oleh rakyat dan seberapa lestari alam yang diwariskan kepada generasi berikutnya,”_ tegasnya.
Melalui forum ini, IPBK berharap agar seluruh pemangku kepentingan dapat berdialog secara terbuka dan berimbang, sehingga pembangunan di sektor tambang tetap berpijak pada prinsip keberlanjutan, keadilan sosial, dan kemanusiaan.
Nasrun juga mengingatkan bahwa cinta terhadap tanah air bukan hanya slogan, tetapi tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan kehidupan sosial masyarakat.
_“Kita ingin memastikan bahwa pembangunan hari ini tidak menjadi penyesalan di masa depan. Membangun daerah bukan hanya tentang menambang kekayaan bumi, tetapi juga tentang menambang nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan keberlanjutan,”_ tuturnya menutup sambutan.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Ketua Umum IPBK dan dilanjutkan dengan pemberian materi lalu dilanjutkan dengan diskusi panel serta sesi tanya jawab antara peserta dan para narasumber. Para peserta yang hadir dalam kegiatan yang luar biasa tersebut terdiri dari mahasiswa, perwakilan kampus, organisasi kepemudaan, paguyuban, aktivis lingkungan, perwakilan masyarakat dan LSM, semua peserta tampak antusias mengikuti jalannya acara hingga selesai.(*)















