Morowali- Gerakan Revolusi Demokratik Komite Kabupaten Morowali (GRD KK-MOROWALI), lakukan panggung bebas ekspresi sebagai bentuk kampaye International Woman Day (IWD), upaya mengigatkan kita terhadap perjuangan perempuan yang pernah terjadi hingga mendunia. dengan tema “Morowali Gelap Saatnya Wujudkan Ruang Aman Perempuan Morowali” di depan kantor Bupati Morowali, pembacaan Puisi, Orasi sambil membentangkan spanduk dan poster. 9/10/25.
Panggung bebas ekspresi bertujuan menyampaikan keresahan, maslaah masalah perempuan yang terjadi khususnya di Morowali, baik masalah pada kaum buruh, masyarakat, pendidikan dan ruang lingkup kerja lainya.
Amrin selaku Ketua GRD KK-MOROWALI, menyampaikan kepada seluruh masyarakat morowali, untuk bisa menyadari apa yang sedang dihadapi oleh perempuan saat ini. sehingga kepedulian kita terhadap masalah-masalah perempuan yang semakin masif, menjadi perhatian kita semua untuk saling lindungi satu sama lain.
“Ada banyak kasus-kasus kekerasan seksual yang sering terjadi, ironisnya banyak kita temui para korban tidak bisa mendapatkan penaganan dan pemulihan yang baik, sudah seharusnya negara dan pemerintah memberikan perlindungan yang baik terhadap perempuan”
Amrin juga mengungkapkan banykanya laporan-laporan kekerasan seksual hanya dianggap hal biasa, penegak hukum kadang tidak merespon cepat sementara para korban banyak mengalami tekanan mental bahkan sampai trauma atas apa yang terjadi pada diri mereka.
Di Morowali sendiri ada banyak kasus terjadi, bagaimana para korban merasa takut untuk bicara. apalagi mengalami kekerasan di ruang kerja atau ruang p endidikan, korban banyak diancam dan ditakut-takuti akan dipecat atau bahkan kehilanagan pekerjaan dan aktivitas dunia pendidikan jika berani melawan.
Amrin juga menambahkan, hal yang sama juga terjadi pada sektor industri dan pertambangan, bagaiamana buruh perempuan kerap dijadikan tenaga kerja murah yang dipaksa bekerja dalam kondisi tidak manusiawi, mereka harus melewati jam kerja panjang, sementara upah tergolong rendah dan tidak ada jaminan sosial, cuti haid dan cuti melahirkan yang sering ditolak, pelecehan di lingkungan kerja tanpa mekanisme perlindungan yang jelas membuat para pelaku semakin tenang dan korban akan semakin banyak.
“Ini tidak bisa kita biarkan, harus disikapi dan kami meminta Bupati Morowali harus hadir berikan perlindungan terhadap perempuan-perempuan Morowali, agar mereka bisa aman dalam beraktivitas. Perlindungan perempuan dan korban kekerasan serta forum penanganannya harus segera diadakan”
Amrin juga beraharap, untuk perempuan harus lebih berani menyuarakan aspirasi dan haknya agar perempuan bebas diskriminasi. karena peringatan hari perempuan internasional bukan hanya sekedar perayaan semata melainkan ini adalah bentuk perjuangan kita untuk terus melakukan perlawanan terhadap kesetaraan dalam kehidupan sehari-hari.
Terakhir ia menyatakan dengan maraknya kasus kekerasan seksual, pelecehan hingga diskrimanasi gender dalam lingkup kawasan industri, ruang pendidikan dan tempat kerja lainya hingga kehidupan sehari-hari, menjadi fokus kita kedepan untuk brgerak bersama menyuarakan berbagai ketidakadilan yang dialami perempuan. di tengah kekerasan berbasis gender semakin meningkat, maka negara khususnya pemerintah kabupaten morowali harus bergerak lakukan perlindungan perempuan jangan membiarkan eksploitasi perempuan terus terjadi, untuk para korban yang masi merasa takut melalui peringatan hari perempuan ini harus berani, kita akan bersikap kolektif untuk mendukung jagan takut kita mencari keadilan.(Red)