Scroll untuk baca artikel
Example 728x250
Investasi

Peredaran Uang di Sekitar Kawasan IMIP Capai Rp338 Miliar Sebulan

190
×

Peredaran Uang di Sekitar Kawasan IMIP Capai Rp338 Miliar Sebulan

Sebarkan artikel ini

Morowali, 2 Juni 2025 – Keberadaan Kawasan Industri IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park) di Kecamatan Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah, memberi beragam dampak positif bagi permukiman di sekitarnya. Sejak berdiri pada 2013, kawasan IMIP terus berkembang dan mendukung peningkatan nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Morowali pada tiga tahun terakhir (2022–2024).

Merujuk data terbaru Bank Indonesia Provinsi Sulteng per April 2025, pertumbuhan nilai PDRB Morowali dari 2022 ke 2023 sebesar 7,68%. Kemudian meningkat kembali sebesar 10% dari Rp158,04 triliun pada 2023 menjadi Rp173,86 triliun pada 2024.

Kondisi itu dilatarbelakangi keberlangsungan sektor industri pengolahan yang berkembang pesat di Morowali, khususnya kawasan IMIP. Salah satu indikatornya adalah jumlah tenaga kerja di kawasan IMIP yang terus bertambah dari tahun ke tahun.

Data Departemen Human Resources PT IMIP mencatat, per 3 Mei 2025 jumlah tenaga kerja Indonesia di kawasan IMIP mencapai 85.423 orang atau meningkat 2,3% dibandingkan 2024 yang sebanyak 83.272 orang. Data ini belum termasuk jumlah buruh alih daya perusahaan kontraktor.

Dari jumlah itu, jika menghitung potensi dari perputaran uang yang beredar di Bahodopi, jumlahnya terbilang cukup fantastis. Berdasarkan ketetapan Dewan Pengupahan Kabupaten Morowali, UMSK 2025 sebesar Rp3.957.673. Jika dikalikan dengan jumlah karyawan di Kawasan IMIP saja, ada Rp338 miliar per bulan uang yang terus berputar di Bahodopi. Dan angkanya tentu saja terus meningkat seiring pertumbuhan jumlah karyawan di kawasan itu.

Berdasarkan data Kas Titipan Bank Indonesia di Bungku Tengah, ibukota Kabupaten Morowali, BI Provinsi Sulteng mencatat bahwa sepanjang tahun 2022 hingga 2024, nilai outflow (jumlah uang yang dibelanjakan) jauh lebih besar dibandingkan inflow (jumlah uang yang disimpan). Adapun nilai net outflow (selisih antara uang masuk dan uang keluar untuk area Morowali) fluktuatif, berturut-turut Rp2,05 triliun pada 2022, meningkat menjadi Rp2,54 triliun pada 2023, dan sedikit menurun ke Rp2,31 triliun pada 2024.

Ekonom Yunior Fungsi Perumusan Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) Provinsi Sulteng, Pinehas Danu Arvito, menjelaskan, nilai out flow lebih tinggi daripada in flow menunjukkan tingkat konsumsi warga di Morowali terbilang tinggi. Peredaran uang dari transaksi ekonomi yang tinggi di area Bahodopi dan Morowali menandakan pertumbuhan ekonomi di area tersebut berlangsung cepat.

“Kenyataan di Morowali nilai outflow besar, artinya orang Morowali itu (tingkat frekuensi) belanjanya kuat. Uang dipakai untuk aktivitas perekonomian, tidak mengendap di tabungan,” kata Arvito, dalam wawancara di kantor BI Provinsi Sulteng, pada Mei 2025 lalu.

Transaksi Ekonomi Aktif

Yusuf Mekuo (29 tahun), karyawan Departemen Coking PT Dexin Steel Indonesia (DSI) mengungkapkan, dari gaji bulanan yang diterima setiap awal bulan, dia lebih memprioritaskan untuk ongkos kebutuhan konsumsi pribadi (sekitar 37,5%) dan mentransfer ke orangtua dan adiknya di kampung (25%). Sementara sisanya baru akan ditabung setelah dipakai untuk menutupi bermacam kebutuhan tak terduga. Kebutuhan konsumsi pribadi Yusuf total rerata Rp4.500.000 setiap bulan, meliputi ongkos sewa kos, makan-minum, transportasi, dan belanja bulanan.

“Kalau sudah tidak ada lagi alokasi pengeluaran tambahan, di akhir bulan sisanya saya masukkan ke rekening tabungan, terpisah dari rekening gaji,” kata Yusuf, karyawan asal Muna Barat, Sulawesi Tenggara, pada Mei 2025 lalu.

Kehadiran kawasan industri juga berefek domino pada lini UMKM yang bertumbuh-kembang dari segi jumlah maupun jenisnya. Data Usaha Bahodopi yang yang diperoleh dari riset mandiri PT IMIP yang dilakukan oleh tim Research and Branding PT IMIP mencatat, jumlah UMKM di Kecamatan Bahodopi per Maret 2025 ada 7.643 unit, naik 4,1% dibandingkan setahun sebelumnya, 7.318 unit. Dari 7.643 unit usaha tersebut, UMKM di Kecamatan Bahodopi menyerap sebanyak 16.705 orang tenaga kerja.

Pertumbuhan ekonomi di Bahodopi tak dapat dimungkiri mendorong perkembangan kualitas hidup warganya. Data BI Provinsi Sulteng juga menyatakan, skor indeks pembangunan manusia (IPM) secara keseluruhan di Morowali meningkat dari 73,39 pada 2022 menjadi 74,36 pada 2024. Dengan poin IPM ini, IPM Morowali menjadikan yang tertinggi kedua di antara kabupaten dan kota lain di Sulteng.

Sementara tingkat kemiskinan terus menurun dari 12,58% menjadi 11,55%, lalu tingkat pengangguran terbuka cenderung menurun dan menyentuh angka 2,84%. Kondisi ini diprediksi akan terus berlangsung dalam beberapa tahun ke depan, seiring laju bisnis yang ditopang oleh kawasan industri IMIP.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250 Example 728x250 Example 728x250