Jakarta— Di tengah tekanan pasar global, perubahan regulasi, serta tantangan operasional sepanjang tahun, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), yang merupakan bagian dari Mining Industry Indonesia (MIND ID), menegaskan ketahanan dan kedisiplinan strategisnya. Dalam Analyst Gathering yang digelar hari ini, manajemen memaparkan pencapaian operasional, arah pertumbuhan, dan komitmen keberlanjutan perusahaan, (24/11/2025)
Operasi Stabil, Produksi Meningkat
Stabilitas operasi pada kuartal III 2025 menguatkan kinerja sepanjang tahun. Produksi nikel matte mencapai 19.391 ton, naik 4% dibanding kuartal sebelumnya, sehingga total produksi Januari–September 2025 mencapai 54.975 ton. Peningkatan ini ditopang perencanaan pemeliharaan yang lebih disiplin, intervensi teknis lebih cepat, dan kinerja tim di Sorowako.
Secara finansial, perusahaan mencatat pendapatan sebesar US$705 juta, EBITDA US$166 juta, dan laba bersih naik 3% menjadi US$52 juta. Efisiensi pengadaan serta optimasi energi turut menurunkan cash cost nikel matte sebesar 5%.
Sumber Pendapatan Baru Melalui Penjualan Bijih
Penjualan bijih nikel saprolit mencapai 896.263 WMT hingga September 2025, membuka ruang pendapatan tambahan dan memperkuat fleksibilitas komersial perusahaan di tengah volatilitas harga global.
“Ketahanan finansial kami lahir dari disiplin dan restrukturisasi biaya yang tepat,” kata Rizky Andhika Putra, Chief Financial Officer. “Memasuki 2026, prinsip kehati-hatian finansial akan tetap menjadi fondasi perusahaan.”
Tantangan 2025 Menjadi Momentum Perbaikan
Meski menghadapi gangguan furnace dan tekanan biaya regulasi pada semester pertama, PT Vale memilih mempercepat sejumlah agenda strategis seperti pemeliharaan, persiapan rebuilding EF3, dan penguatan kontrol biaya—menciptakan pijakan lebih solid menuju 2026.
Keselamatan dan Komunitas Tetap Prioritas
Perusahaan mencatat zero fatality hingga saat ini, dengan TRIFR turun menjadi 0,43 dan lebih dari 200 kontrol risiko kritis diverifikasi setiap hari.
Dari sisi keberlanjutan, PT Vale meraih sejumlah penghargaan seperti ENSIA Award, Lestari Award, ESG Business Award, Investortrust ESG Award, dan Subroto Award. Peningkatan nilai Sustainalytics ESG Risk Rating menjadi 23,7 menempatkan perusahaan dalam jajaran Top 15 perusahaan pertambangan berisiko ESG terendah di dunia. Proses menuju sertifikasi IRMA-50 juga menunjukkan progres signifikan.
Progres Investasi Besar US$9 Miliar
Empat proyek pertumbuhan besar terus mencatat perkembangan:
Pomalaa (Ford & Huayou): Tambang 43,71%, HPAL 33,04%
Bahodopi (GEI): Tambang 89,7%, HPAL 16,72%
Sorowako Limonite: Konstruksi 25,37%
Tanamalia: Studi kelayakan dan pemilihan mitra teknis terus berjalan
“Setiap capaian menegaskan komitmen kami membangun ekosistem nikel rendah karbon untuk kebutuhan industri baterai global,” ujar Muhammad Asril, Chief of Projects.
Eksplorasi Cadangan untuk Masa Depan
PT Vale tengah menyiapkan program eksplorasi besar untuk meningkatkan cadangan mineral hingga 2,5 kali lipat, mencakup lebih dari 118.000 hektare di Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara. Mulai 2026, program pengeboran intensif hingga 6.500 titik per tahun akan dilaksanakan.
Arah 2026: Efisiensi dan Transformasi Berkelanjutan
Perusahaan menargetkan pembentukan baseline biaya baru, peningkatan keandalan operasional, dan disiplin eksekusi di Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa. Fokus memasuki 2026 tetap sama: memperkuat keandalan produksi, mempertahankan standar keberlanjutan tertinggi, mempercepat proyek strategis, dan menciptakan nilai bersama bagi Indonesia.(*)















